Loading...

Diskusi Dosen Kembali Aktif: MD Angkat Isu Distorsi dan Transformasi Dakwah

Diterbitkan pada
8 Mei 2025 01:00 WIB

Baca

Surakarta-Kamis, 8 Mei 2025. Setelah sempat vakum, kegiatan ilmiah rutin bertajuk Diskusi Dosen kembali diselenggarakan oleh Fakultas Ushuluddin dan Dakwah UIN Raden Mas Said Surakarta. Diskusi perdana ini mengangkat tema “Dinamika Keilmuan Dakwah: Antara Normativitas Akademis dan Aktualitas Kontekstualitas”, dengan menghadirkan narasumber utama Prof. Agus Wahyu Triatmo, guru besar dalam bidang ilmu pengembangan masyarakat Islam. Acara berlangsung di Aula Fakultas pada Kamis, 8 Mei 2025, pukul 13.00 hingga 15.00 WIB, dan dipandu oleh Agit Purwo Hartanto, M.Ag. sebagai moderator.
Diskusi ini dihadiri oleh sejumlah dosen lintas program studi di lingkungan fakultas, dan menjadi ruang refleksi bersama terhadap arah dan pendekatan keilmuan dakwah dalam menghadapi tantangan zaman.
Dalam paparannya, Prof. Agus Wahyu Triatmo menyoroti problem masyarakat modern, yakni masyarakat yang hidup dalam kerangka epistemologi positivistik, empirisme, dan rasionalisme. Konsekuensi dari cara pandang ini melahirkan berbagai krisis seperti kerusakan lingkungan, ketimpangan sosial-ekonomi, hingga kekerasan struktural. Menurutnya, dakwah sebagai estafet risalah kenabian mesti hadir untuk menjawab problematika tersebut.
Namun demikian, ia juga mengkritisi fenomena distorsi dakwah saat ini yang cenderung reduktif, hanya dipahami sebatas aktivitas tabligh atau penyampaian normatif, tanpa menyentuh akar-akar problem sosial. “Jika pendekatan ini terus dipertahankan, maka dakwah justru menjadi bagian dari masalah, bukan solusi,” tegasnya.
Sebagai alternatif, Prof. Agus mendorong dikembangkannya model dakwah transformatif—yakni dakwah yang peka terhadap krisis sosial dan tidak semata-mata bersifat subjektif-normatif. Ia juga menekankan perbedaan antara dakwah dan tarbiyah, serta pentingnya penggunaan teori-teori sosial kritis dalam proses pendidikan mengingat lulusan S1 dari fakultas ini menyandang gelar Sarjana Sosial.


Sesi diskusi berlangsung dinamis. Alfin, M.Pd., dosen Bimbingan Konseling Islam, menyoroti rendahnya minat masyarakat terhadap isu lingkungan dan mengusulkan agar dakwah mimbar serta media sosial dijadikan sarana edukasi ekologis. Dr. Kamila, dosen Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI), mengangkat isu relevansi gelar “sarjana sosial” bagi lulusan dakwah yang belum tentu menjadi pendakwah, serta perlunya meninjau kurikulum di tengah tutupnya media-media tradisional.
Narasumber merespons bahwa alumni seharusnya dibekali dengan keterampilan sosial agar mampu menjawab kebutuhan zaman. Dr. Hamdan dari prodi Tasawuf dan Psikoterapi mengapresiasi pemikiran narasumber yang dianggap selaras dengan prinsip “ilmu amali-amali ilmiah”, dan menegaskan pentingnya memperluas pemahaman terhadap konsep-konsep agama seperti amar ma’ruf nahi munkar dalam kerangka sosial.
Sementara itu, Dr. Sarbini, dosen KPI, mencermati fenomena mahasiswa yang lebih tertarik pada mata kuliah keterampilan ketimbang keilmuan dasar Islam, yang menurutnya perlu menjadi bahan evaluasi. Penutup diskusi diberikan oleh Dr. Syakirin Al-Ghazali, Ph.D., senior fakultas, yang memberikan catatan penting terkait urgensi penguatan teori-teori sosial dan penyusunan ulang sks agar mahasiswa tidak hanya berpikir normatif, tetapi juga memiliki daya tanggap sosial yang tinggi.
Diskusi berlangsung selama dua jam dan diharapkan menjadi titik tolak revitalisasi pendekatan keilmuan dakwah di lingkungan akademik UIN Raden Mas Said Surakarta.